Indra Kurniadi Tjandra
                                                                    
Indra Kurniadi Tjandra atau yang akrab disapa dengan nama Indra merupakan seorang pendeta yang melayani di GKI Kota Modern. Indra merupakan anak satu-satunya dari pasangan Tjandra Kiatono (ayah) dan Kimiyati Rahayu (ibu). Ia lahir dan dibesarkan di Jakarta. Ia lahir pada 10 Maret 1987 dan menempuh pendidikan di SDK 6 BPK Penabur kemudian melanjutkan pendidikan jenjang SMP di SMPK 4 BPK Penabur, setelah lulus SMP ia melanjutkan pendidikannya di SMAK 5 BPK Penabur dan lulus pada tahun 2005. Setelah lulus SMA ia memilih untuk melaksanakan panggilan hidupnya yaitu dengan masuk ke Sekolah Tinggi Teologi Seminari Alkitab Asia Tenggara (SAAT).
            Sewaktu ia duduk di bangku Sekolah Dasar, banyak yang meremehkan kepintaran Indra termasuk teman-teman serta orang tuanya. Indra berusaha dengan sangat keras hingga akhirnya ia membuktikan kepada semua orang yang meremehkannya dengan meraih peringkat pertama sewaktu duduk di bangku kelas 6 SD. 2 tahun kemudian tepatnya tanggal 14 Oktober 2001, Indra bertobat dan menerima Yesus sebagai Juruselamat dalam hidupnya. Sejak kecil, ia memang sudah lahir di keluarga Kristen sehingga ia sudah beragama Kristen sejak kecil, namun ia belum benar-benar menjadi orang Kristen yang sesungguhnya. Pada waktu itu Indra mendengarkan khotbah dari Astri Sinaga, dan khotbah tersebut mampu membuat Indra mengaku bahwa dirinya betul-betul berdosa dan merasa bahwa Yesus sangat teramat baik kepada dia. Pada saat itu, Indra mencucurkan air mata dan memutuskan untuk menjadi orang Kristen yang sungguh-sungguh.
            Saat duduk di bangku SMA, Indra pernah mewakili sekolahnya untuk lomba menulis dan mendapat juara ke-20 setelah bersaing dengan ratusan peserta lainnya. Tulisannya dibacakan di depan teman-temannya dan tulisannya dinilai sangat efektif. Salah satu kalimat yang ia tulis adalah “Kita bisa baca buku kaya ngemil”. Alasan ia ingin menjadi hamba Tuhan berawal saat ia masih SMA. Pada 3 Febuari 2005, waktu itu Indra mendapat nilai matematika terburuk dalam hidupnya yaitu 2,5. Ia merasa bingung dengan nilainya yang begitu rendah dan ia hamir patah semangat. Selain itu ia juga memiliki masalah dengan sekretaris di gerejanya. Saat itu, ia bergumul dengan masalah-masalahnya dan akhornya ia tersadar bahwa permasalahan yang ada pada dirinya adalah karena ia menolak panggilan Tuhan dalam hidupnya. Kejadian itupun membuat dirinya memutuskan untuk menjadi hamba Tuhan. Pada tahun 2005 Indra tamat SMA dan kuliah di Malang, yaitu di SAAT. Tahun 2009 ia lulus dari SAAT dan mulai melayani Tuhan sebagai penginjil.
            Dalam hidupnya, ia bukan hanya sekali diremehkan orang lain. Indra juga pernah merasa dijelek-jelekan oleh seorang pendeta yang sedang ia wawancarai. Saat itu ia sempat menunjukan amarahnya kepada pendeta tersebut dan hal itu membuat dirinya sangat down. Ia pun merenung dengan berbagai pertanyaan di pikirannya. Ia bertanya-tanya “Siapa yang salah?” “Kenapa saya berduka karena peristiwa ini?”. Indra merasa  sedih, bukan karena ucapan pendeta tersebut tetapi karena responnya terhadap pendeta itu. Indra sangat sedih karena menyakiti hatinya. Dalam kesedihannya, ia merasa Roh Kudus berbicara kepada dirinya. “Berbahagialah orang yang hancur hatinya” kalimat tersebut yang menguatkan hatinya. Tidak sedikit teman-temannya menghibur dirinya dan menguatkannya dalam keadaan seperti ini. Tetapi Roh Kudus berbicara agar ia tetap berduka atas perbuatannya karena Tuhan berkenan terhadap hati yang hancur. Hal itu menjadi penguat untuk dirinya agar tidak perlu sedih karena disakiti, tetapi bersedihlah ketika marah kepada orang lain.
            Sebagai seorang hamba Tuhan, pencapaian terbesar dalam hidupnya adalah ketika ada seorang remaja berkata “Ko, lu yang ngenalin kita ke Tuhan loh”. Mendengar kalimat itu dari mulut seorang remaja, Indra langsung menangis bahagia. Baginya sukacita terbesar adalah ketika seseorang dapat mengenal dan berjumpa dengan Tuhan Yesus melalui dirinya. Ia ingin seluruh hidup dan pelayanannya menjadi lebih berguna menginjili banyak orang yang tidak hanya berpangku tangan saja. Ia ingin memberi dampak yang besar bagi orang lain. Tantangan sebagai hamba Tuhan pun harus ia jalani, yaitu harus lebih rendah hati dan berintegritas dari jemaatnya. Hal itu memang sangat sulit tetapi itulah tugas yang harus dijalaninya. Indra sangat mengidolakan dua tokoh Kristen yaitu Ravi Zacharias dan Simon Chan karena keduanya merupakan sosok yang pintar dan rohani.
            Setelah 5 tahun menjadi penginjil, Indra mengikuti program proses pendidikan kependetaan yaitu bina kader. Program itu ia jalani dari tahun 2014-2015 selama 4 bulan di Bandung. Setelah menyelesaikan program bina kadernya, bulan November 2015 Indra diteguhkan menjadi penatua di GKI Kota Modern dan pada tanggal 2 Oktober 2017 ia ditahbiskan menjadi pendeta di GKI Kota Modern. Kutipan ayat alkitab yang ia pegang sampai sekarang adalah “No Cross, No Glory” dan Galatia 6:14 “Tetapi aku sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus, sebab olehnya dunia telah disalibkan bagiku dan aku bagi dunia”. Ia ingin selalu menjadi pribadi yang rendah hati dan melalui dirinya dapat memberikan dampak positif bagi orang lain. Pada tahun 2017 ia juga menikahi seorang wanita bernama Fidella Graine yang sekarang sedang mengandung anak pertama mereka.

Penulis: Jessie Tandinata
Penyunting: Audrey Luz





 

Foto bersama Simon Chan, sang idola


Saat ditahbiskan menjadi pendeta

 Foto bersama istri Fidella Graine
          Saat sedang berkhotbah di suatu acara



                                     


 

































Komentar

Postingan populer dari blog ini